Selasa, 28 November 2017

Sharma Springs Bamboo House

Kota Bali adalah primadona pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia, terutama pantainya, begitu banyak pnatai di Bali yang memiliki keindahan melimpah disajikan untuk para wisatawan lokal maupun dari Mancanegara. Selain pantai yang menjadi daya tarik utama para wisatawan untuk berkunjung ke Bali namun ada tempat wisata sekaligus tempat penginapan di Kota Bali yang menyatu dengan alam dan berbahan sederhana namun memiliki jual yang mahal serta memiliki fasilitas yang bagus serta indah. 

Jika Anda ingin menginap di tempat yang unik dan ingin lebih menyatu dengan alam, mungkin Anda bisa menjatuhkan pilihan ke hotel yang satu ini. Berlokasi di Ubud, Bali yang tenang, damai dan sejuk, Sharma Springs Bamboo House atau Villa Sharma Springs akan membuat Anda takjub dengan desainnya yang unik. Di hotel ini selain bisa beristirahat dengan tenang dan menikmati pemandangan alam yang asri, Anda juga bisa menikmati keindahan bangunan yang alami namun berfasilitas modern.




Sharma Springs dirancang oleh Elora Hardy yang berusia 32 Tahun. Bangunan sederhana ini dirancang menggunankan struktur bangunan yang berbahan material full bambu mulai dari pondasi hingga struktur atas, semua dirancang dengan berbahan yang sederhana yaitu bambu. 

Daya tarik untuk para pengunjung yang paling pertama yaitu pintu masuk ke bangunan ini sangat unik , saat pertama datang, pengunjung akan langsung berada di lantai 4. Dengan pintu berbentuk terowongan yang unik dan pijakan kaki bukan menggunakan keramik ataupun bahan material yang berbahan keras namun pada pintu masuk ini dibuta dengan jaring jaring dan dilapisi dengan rotan kecil untuk pijakan utamanya.



Meskipun dengan material serta cara pembuatan nya sangat sederhana namun fungsi bangunan ini memiliki nilai jual yang mahal karena dilengkapi dengan fasilitas fasilitas yang lengkap dan bagus.









Sharma Springs sendiri sangat unik, baik bagian luar maupun bagian dalamnya. Jika dilihat dari atas, atap bangunan bambu ini terlihat seperti kuntum bunga yang indah. 


Dengan menggabungkan bambu hitam dan putih, bangunan ini menghadirkan rangkaian lantai, dinding dan langit-langit yang mewah juga bagian tangga dan anak tangga yang membangunnya. Bagian atapnya sendiri juga disusun dari rangkaian bambu yang diatur sedemikian rupa sehingga membuatnya tetap indah dan melindungi. Hampir semua furniture dan hiasan yang ada di dalam villa juga terbuat dari bambu yang unik namun mewah.

Di lantai paling atas villa menjadi area kerja yang bisa digunakan bagi tamu yang memang masih membawa pekerjaannya saat sedang berlibur di sini. 



Suasananya yang nyaman dan alam yang sejuk dijamin bisa membuat Anda bisa bekerja dengan tenang dan pikiran jernih. Fasilitas lounge ruang makan memiliki pemandangan indah ke Sungai Ayung. Selain pemandangan indah fasilitas penunjang seperti kursi makan dan meja makan dibuat dari berbahan dasar bambu yang didesain semodern mungkin.


Sumber : 
https://st3.idealista.com/news/archivos/2017-06/bambu_100x100.jpg?sv=J4c5kLUu
https://images.adsttc.com/media/images/5579/1d90/e58e/cedc/e500/010e/large_jpg/portada_Sharma_Springs_by_Rio_6_13_complete_-_85.jpg?1434000778
http://www.topindonesiaholidays.com/blog/wp-content/uploads/2015/02/Sharma-Springs-2.jpg
http://www.peluangproperti.com/lifestyle/lifestyle-dan-home/2013-10/1184/asing-terpincut-rumah-bambu-bali

Kamis, 02 November 2017

KRITIK ARSITEKTUR TERHADAP BANGUNAN "CITY OF TOMORROW (CITO) SURABAYA"


Gambaran Superblok Masa Depan. Kreasi dari tampilan City of Tomorrow menyiratkan semangat modernitas dan jiwa sebuah arsitektur kontemporer. Mengemban fungsi sebagai mixed-use building, City of Tomorrow tampil dengan karakter yang unik. Desain setiap massa bangunan diselesaikan secara berbeda, tergantung fungsi yang diembannya. Namun secara keseluruhan, hubungan antar massa hadir sebagai suatu karya arsitektur yang harmonis. Sebagai hotel dan kondo, massa bangunan ini paling jangkung dan menjulang menghiasi langit Surabaya. Tampilan massa ini sebenarnya cukup sederhana, tidak ada bentuk-bentuk khusus sebagai point of interest, mungkin karena sosoknya yang raksasa itulah sehingga tidak ingin membunuh karakter massa-massa yang lain. Enam massa yang lain berfungsi sama, yaitu perkantoran, didesain dengan karakter yang berbeda. Yang membedakan diantaranya adalah bentuk massa dan motif garis-garis pembentuk perwajahan bangunannya. Massa perkantoran yang paling ujung mempunyai bentuk paling ekstrem dari massa-massa sebelumnya, yaitu lingkaran elips dengan kulit bangunan dari kaca dipadu alumunim panel. Kedua massa di ujung blok berdiri sendiri, sedangkan lima massa di tengahnya dipangku oleh podium yang berfungsi sebagai pusat perbelanjaan.

Superblok yang memiliki luas 170 ribu meter persegi ini berdiri di area seluas 2,6 Ha milik Lippo Group. Di area itu direncanakan akan dibangun 1700 ruang ritel (mall), enam tower perkantoran, 248 unit kondomonium (The Aryaduta Residences), hotel berbintang lima (The Aryaduta Hotel) dan Universitas Pelita Harapan Surabaya. Dibandingkan kawasan Surabaya yang lain, Surabaya bagian Selatan ini terbilang cepat dalam kemajuan ekonomi dan pengembangan wilayah. Sejumlah pusat perbelanjaan sekelas hypermart dan matahari departement store telah hadir di sana. Perkantoran pun bertumbuhan seiring dengan mekarnya kawasan itu. Apalagi di kawasan Waru Surabaya Selatan ini juga telah berdiri aneka industry makanan olahan, bahan pangan agribisnis dan agro industry, garmen, dan produk peralatan rumah tangga.


Ketinggian superblok City of Tomorrow, Surabaya yang mencapai 115 meter dikhawatirkan mengganggu proses pendaratan pesawat terbang ke Bandara Internasional Juanda. Pada saat cuaca buruk, pesawat yang melintas berpotensi besar menabrak bangunan tersebut.
Manajer Operasi Lalu Lintas Penerbangan PT Angkasa Pura I (Persero) Teguh Widodo menjelaskan, ketinggian bangunan Cito mencapai 115 meter dan hanya berada dalam radius antara 8 kilometer hingga 10 kilometer dari Bandara Internasional Juanda. Padahal, untuk menunjang keamanan penerbangan, dalam radius 15 kilometer atau kawasan keselamatan operasi penerbangan, ketinggian bangunan atau tower maksimal harus 90 meter.

Superblok City of Tomorrow berdiri di sebelah barat Jalan Ahmad Yani, Surabaya. Di dalam kompleks superblok ini terdapat mal, Hotel Aryaduta, dan Universitas Pelita Harapan. Selain City of Tomorrow, PT Angkasa Pura I (Persero) juga mencatat tiga tower pemancar yang berada di Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Lokasi ketiga tower tersebut sangat dekat dengan bandara sehingga membahayakan pesawat yang hendak mendarat.

"Dengan ketinggian mencapai 115 meter, gedung hotel di City of Tomorrow sangat membahayakan bagi pesawat-pesawat yang hendak mendarat. Apalagi, banyak pula pesawat latih yang juga melintas di kawasan itu," kata Teguh. "Ketinggian tower serharusnya maksimal 42 meter, tapi tiga tower itu tingginya mencapai 64 meter. Pihak administrator bandara juga sudah memperingatkan tapi belum ada pembenahan hingga kini," tambah Teguh.


Sebelumnya, ketinggian bangunan Cito juga dipersoalkan. Menurut staf Dinas Tata Kota Surabaya, Pemkot mengeluarkan izin ketinggian bangunan Cito maksimal 102 meter. Keputusan itu menyusul adanya komplain Dinas Perhubungan (Dishub) Jatim dan Lanudal Juanda bahwa kemungkinan besar Cito bisa mengganggu manuver pesawat dari dan ke Bandara Internasional Juanda. Batas maksimal yang diberikan Dishub Jatim ialah 115 meter.  Sementara di lapangan, bangunan Cito terdiri atas 40 lantai. Jika diasumsikan satu tingkat tingginya 3,5 meter, ketinggian Cito mencapai 140 meter. Itu jelas melebihi batas maksimal yang ditentukan Pemkot.

SUMBER :