A. SEJARAH SINGKAT

Kota Ambon pada abad ke-17. Di sebelah kiri terlihat benteng Victoria yang dibangun Portugis
Kota
Ambon mulai berkembang semenjak kedatangan Portugis pada tahun 1513,
kemudian sekitar tahun 1575, penguasa Portugis mengerahkan penduduk di
sekitarnya untuk membangun benteng Kota Laha atau Ferangi yang diberi
nama waktu itu Nossa Senhora de Anunciada di dataran Honipopu. Dalam
perkembangannya sekelompok masyarakat pekerja yang membangun benteng
tersebut mendirikan perkampungan yang disebut Soa, kelompok masyarakat
inilah yang menjadi dasar dari pembentukan kota Ambon kemudian (Cita de
Amboina dalam bahasa Spanyol atau Cidado do Amboino dalam bahasa
Portugis ) karena di dalam perkembangan selanjutnya masyarakat tersebut
sudah menjadi masyarakat geneologis teritorial yang teratur.
Selanjutnya, setelah Belanda berhasil menguasai kepulauan Maluku dan
Ambon khususnya dari kekuasaan Portugis, benteng tersebut lantas menjadi
pusat pemerintahan beberapa Gubernur Jenderal Belanda dan diberi nama
Nieuw Victoria (terletak di depan Lapangan Merdeka, bekas Markas Yonif
Linud 733/Masariku kini markas Detasemen Kavaleri). Benteng ini
merupakan tempat dimana Pattimura dieksekusi. Pahlawan Nasional Slamet
Rijadi juga gugur di benteng ini dalam pertempuran melawan pasukan
Republik Maluku Selatan.
Hari
lahir atau hari jadi kota Ambon telah diputuskan jatuh pada tanggal 7
September 1575 dalam suatu seminar di Kota Ambon. Bagaimana penentuan
hari jadi kota kita yang telah berumur ratusan tahun itu, sejarahnya
dapat dijelaskan sebagai berikut : Bahwa yang mengambil inisiatif atau
gagasan untuk mencari dan menentukan hari jadi atau hari lahir Kota
Ambon adalah Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Ambon Almarhum
Letnan Kolonel Laut Matheos H. Manuputty (Walikota yang ke- 9). Untuk
itu dikeluarkannya Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah tingkat
II Ambon tertanggal 10 Juli 1972 nomor 25/KPTS/1972 yang diubah pada
tanggal 16 Agustus 1972, yang isinya mengenai pembentukan Panitia Khusus
Sejarah Kota Ambon dengan tugas untuk menggali dan menentukan hari
lahir kota Ambon. Kemudian dengan suratnya tertanggal 24 Oktober 1972
nomor PK. I/4168 selaku Panitia Khusus Sejarah Kota Ambon menyerahkan
tugasnya itu kepada Fakultas Keguruan Universitas Pattimura untuk
menyelenggarakan suatu seminar ilmiah dalam rangka penentuan hari lahir
Kota Ambon. Selanjutnya pada tanggal 26 Oktober 1972 Pimpinan Fakultas
Keguruan mengadakan rapat dengan pimpinan Jurusan Sejarah dan hasilnya
adalah diterbitkannya Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan
Universitas pattimura tertanggal 1 Nopember 1972 nomor 4/1972 tentang
pembentukan Panitia Seminar Sejarah Kota Ambon. Seminar sejarah ini
berlangsung dari tanggal 14 sampai dengan 17 Nopember 1972, dihadiri
oleh kurang lebih dua ratus orang yang terdiri dari unsur-unsur
akademis, Tokoh Masyarakat dan Tokoh adat serta aparat Pemerintah Kodya
Ambon maupun Provinsi Maluku. berkembang menuju kepada sebuat kota lebih
dipenuhi.
Selanjutnya
tentang penetapan tanggal 07 September didasarkan pada peninjauan fakta
sejarah bahwa pada tanggal 07 September 1921 , masyarakat kota Ambon
diberikan hak yang sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda sebagai hasil
manifestasi perjuangan Rakyat Indonesia asal Maluku di bahwa pimpinan
Alexander Yacob Patty untuk menentukan jalannya Pemerintahan Kota
melalui wakil-wakil dalam Gemeeteraad (Dewan Kota) berdasarkan keputusan
Gubernur Jenderal tanggal 07 September 1921 nomor 07 (Staatblad 92
Nomor 524). Ditinjau dari segi politik nasional, momentum ini merupakan
saat penentuan dari Pemerintahan Kolonial Belanda atas segala perjuangan
rakyat Indonesia di Kota Ambon yang sekaligus merupakan suatu momentum
kekalahan politis dari bangsa penjajah. Ditinjau dari segi yuridis
formal, tanggal 07 September merupakan hari mulainya kota memainkan
peranannya di dalam pemerintahan seirama dengan politik penjajah dewasa
itu. Momentum inilah yang menjadi wadah bagi rakyat Kota Ambon di dalam
menentukan masa depan. Dilain pihak, kota Ambon sebagai daerah Otonom
dewasa ini tidak dapat dilepaspisahkan daripada langka momentum sejarah.
Setelah
Seminar Sejarah Kota Ambon yang berlansung tanggal 14 sampai 17
Nopember 1972 berhasil menetapkan tanggal 7 September 1575 sebagai Hari
lahir Kota Ambon, maka untuk pertama kalinya pada tanggal 7 September
1973 Hari lahir Kota Ambon diperingati.
Litografi pemandangan jalanan di Ambon (1883-1889).
B. IDENTIFIKASI BUDAYA AMBON
Ambon
adalah sebuah suku yang mendiami daerah kepulauan yang sekarang
terletak di Provinsi Maluku. Nama Maluku sendiri sebenarnya berasal dari
bahasa Arab, yakni al-muluk. Penamaan tersebut dikarenakan yang membuat
peta daerah Maluku adalah para sarjana geografi Arab. Tetapi setelah
Belanda masuk, kata tersebut dirubah menjadi Maluku.
Maluku
didominasi oleh ras suku bangsa Melania Pasifik, yang masih berkerabat
dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di
kepulauan Samudera Pasifik. Sementara itu suku pendatang kebanyakan
berasal dari daerah Buton, Makassar, Bugis, Cina dan Arab. Maluku juga
memiliki ikatan tradisi dengan bangsa-angsa kepulauan pasifik seperti
bahasa, lagu daerah, makanan, perangkat peralatan rumah tangga dan alat
musik.
Orang-orang
suku Ambon umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang
besar dan kuat. Profil tubuh mereka lebih atletis dibandingkan dengan
suku lain di Indonesia dikarenakan aktifitas utama mereka merupakan
aktifitas laut seperti berlayar dan bernenang.
Pendukung
kebudayaan di Maluku terdriri dari ratusan sub suku, yang dapat
diindikasikan dari pengguna bahasa lokal yang diketahui masih aktif
dipergunakan sebanyak 117 dari jumlah bahasa lokal yang pernah ada.
Meskipun masyarakat di daerah ini mencerminkan karakteristik yang
multikultur, tetapi pada dasarnya mempunyai kesamaan nilai budaya
sebagai representasi kolektif. Salah satunya adalah filosofi Siwalima
yang selama ini telah melembaga sebagai cara pandang masyarakat tentang
kehidupan bersama dalam kepelbagaian. Di dalam filosofi ini, terkandung
berbagai pranata yang memiliki nlai umum dan dapat ditemukan di seluruh
wilayah Maluku.
Pulau
Ambon merupakan pulau yang terletak di Kepulauan Maluku, di selatan
Pulau Seram. Saat ini merupakan letak kota Ambon ibukota dari provinsi
Maluku.
C. KEADAAN GEOGRAFIS
• Letak
Letak
kota Ambon berada sebagian besar dalam wilayah pulau Ambon, dan secara
geografis terletak pada posisi 3º - 4º lintang Selatan dan 128º - 129º
Bujur Timur, secara kseluruhan kota Ambon berbatasan dengan jazirah
Leihitu dan jazirah Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah• Batas Wilayah
|
|
Kabupaten Maluku Tengah
|
|
|
Kabupaten Maluku Tengah
|
|
Kabupaten Maluku Tengah
|
Kota Ambon

|
|
|
Laut Banda
|
|
• Iklim
Kudamati, salah satu wilayah di kecamatan Sirimau, beriklim laut tropis yang cenderung panas.Iklim
di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak
pulau Ambon di kelilinggi oleh laut. Oleh karena itu iklim di sini
sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim
musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara.
Pergantian musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan
transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari
bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April
merupakan masa transisi ke musim Timur dan musim Timur berlangsung dari
bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, disusul oleh masa pancaroba pada
bulan November yang merupakan transisi ke musim Barat.D. SUKU BANGSA Terdapat
banyak suku dan ras yang mendiami kota ini. Diantaranya adalah Arab,
Buton (yang telah menetap hingga 5 generasi), Tionghoa yang pada mulanya
datang untuk berdagang. Disamping itu terdapat pula Suku Minahasa,
Jawa, Minang yang telah lama datang ke Ambon. Sedangkan, sebagian besar
penduduk adalah orang Ambon yang merupakan keturunan langsung suku-suku
Alifuru, penduduk asli Maluku yang merupakan rumpun ras Papua-Melanesoid
(Melanesia) yang berkulit gelap.Dahulu
kala, kota Ambon termasyur hingga keseluruh dunia dan menjadikan kota
ini sebagai tempat tujuan bagi berbagai negara-negara Eropa yang sedang
melakukan pencarian atas 3G, Gold, Glory & Gospel. Gold berarti
kekayaan, Glory berarti kejayaan dan Gospel berarti misi penginjilan.
Maka itu, tidak mengherankan bila sekarang banyak penduduk Ambon yang
memiliki raut wajah yang mirip seperti orang Eropa (Terutama orang
Belanda dan Portugal) dan Arab, sebagai akibat dari perkawinan campur
para pendahulu mereka dimasa lalu.E. PARAWISITA
Sejak lama Ambon dikenal sebagai salah satu kota dengan gugusan pulau
yang memberikan karakteristik khas karena sebagian besar wilayahnya
terdiri dari pegunungan, perbukitan, pesisir pantai, dan kelautan.
Karakteristik ini memberikan peluang adanya banyak potensi alam yang
dapat dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata bahari termasuk
potensi wisata bawah laut, karena daerah dengan luas wilayah lautnya
besar tentu menyimpan sejuta kekayaan alam.Lima
wilayah ekologis perairan pesisir Kota Ambon memiliki potensi wisata
bahari yang potensial. Dengan kondisi dan bentangan biofisik yang ada
maka berbagai paket wisata bisa dirancang dan direncanakan untuk
dikembangkan meliputi ekowisata, wisata pantai, wisata renang dan selam
serta wisata pancing. Hal ini turut didukung oleh kondisi alam pantai
dengan panorama yang indah baik pada daerah pesisir pantai maupun daerah
bawah laut yang memiliki beraneka ragam ikan hias dan terumbu karang
yang langka di dunia.Selain
memiliki karakteristik wisata bahari yang menampakkan ciri khas Ambon
sebagai kota kepulauan, juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang
cukup tinggi. Wujud warisan sejarah dan budaya fisik yang sampai saat
ini dapat dilihat antaranya yaitu gedung-gedung ibadah, tempat-tempat
pemakaman, rumah-rumah raja, bentuk-bentuk patung yang terkait dengan
kepercayaan dan kepahlawanan, monument perjuangan, benteng-benteng.
Potensi-potensi tersebut harus menjadi perhatian dalam rangka
mengembalikan citra Ambon yang dikenal dengan “Ambon Manise”. Monumen Pattimura di Museum Siwalima, AmbonDaya
tarik wisata yang dimiliki Kota Ambon hampir sebagian besar di dominasi
oleh wisata pantai, hal ini tidak luput dari kondisi fisik Kota Ambon
yang sebagian besar di kelilingi oleh perairan dan teluk, seperti Laut
Banda, Teluk Ambon, Teluk Dalam dan Teluk Baguala. Dengan adanya potensi
perairan dan teluk serta di tunjang dengan kondisi alam yang menawarkan
keindahan alam, tentunya Kota Ambon ini mempunyai potensi besar untuk
dikemkembangkan dalam sektor pariwisata. Berikut disajikan profil dari
beberapa lokasi yang memiliki potensi wisata (alami dan buatan) yang
kiranya dapat dijadikan sebagai Objek Wisata Kota Ambon dimasa kini dan
kedepan.Lokasi pariwisataSampai
dengan Tahun 2008 di Kota Ambon terdapat 39 objek wisata, berupa objek
wisata alam 24 dan budaya 15 dengan penyebarannya yaitu untuk Kecamatan
Nusaniwe 12 objek wisata alam (Laut 10, Darat 2) dan 2 objek wisata
sejarah serta budaya Kecamatan Sirimau, 3 objek wisata alam (darat)
serta 8 objek budaya dan sejarah. Kecamatan Baguala objek wisata alam
laut 6, Darat 1 dan Budaya serta sejarah 4. Sejumlah objek wisata di dua
Kecamatan yaitu di Kecamatan Teluk Ambon dan Kecamatan Leitimur
Selatan, belum dikembangkan. Kota Ambon saat suasana tahun baru 2012-2013 di kawasan Manggadua.• Patung Pattimura, di Lapangan Merdeka• Patung Martha Christina Tiahahu, di Karang Panjang Tugu atau patung pahlawan nasional asal Maluku, Martha Christina Tiahahu, terletak di Karang Pajang Ambon.• Tugu Dolan, di Kudamati• Tugu Trikora, di Urimesing• Taman Makam Pahlawan PD II-Australia, di Tantui• Monumen Australia, di Laha dan Tawiri• Monumen Jepang, di Tawiri• Patung Franciscus Xaverius, di Batu Meja• Fort Victoria, di Belakang Soya• Monumen Rumphius, di Batu Meja• Museum Siwalima, di Taman Makmur• Museum Molukken, di Rijali• Pantai Namalatu, di Latuhalat• Pantai Santai, di Latuhalat• Tanjung Nusaniwe, di Nusaniwe• Pintu Kota, di Airlouw• Pantai dan gua bawah laut di Desa Hukurila• Tempayan Sopi, didesa Soya• Batu Layar, didesa Larike• Gong Perdamaian Dunia di pusat Kota/ACC (Ambon City Centre) Pantai Pintu Kota Manise di Negeri Air Louw. Gong
Perdamaian Dunia yang ke-39 untuk memperingati kerusuhan bermotif SARA
pada tahun 1996-2002. Gong ini terletak di Ambon City Centre.• Goa Batu Lobang, di Desa Amahusu• Bunker/Terowongan bawah tanah V.O.C., di Benteng Atas Sekitar Hunipopu• Puing kapal pengangkut Barang peninggalan Belanda/Portugis, di dasar perairan laut WaiyamePerhotelanJumlah
Hotel di Kota Ambon tercatat 33 buah terdiri dari Hotel Bintang III
sebanyak 3 buah dengan 197 kamar dan 251 tempat tidur, Hotel Bintang II
sebanyak 2 buah dengan 65 kamar dan 87 tempat tidur,Hotel bintang I
sebanyak 5 buah dengan 154 tempat tidur, sedangkan Hotel Non Bintang
sebanyak 23 buah dengan 400 kamar dan 628 tempat tidur.Restoran, rumah makan, dllJumlah
restoran dan rumah makan sebanyak 129, Rumah kopi 29, Cafe 24, Warung
36, Fried Chicken 2 dan Karaoke 26, sedangkan untuk tempat hiburan
lainnya sebanyak 42 buah.Peluang investasiUsaha
pariwisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai investasi
pada sektor hulu adalah pengembangan 8 potensi pariwisata di Kota Ambon
yang belum dikembangkan dan pada bagian hilir adalah usaha biro
perjalanan wisata dan usaha perdagangan produk-produk cenderamata. Skala
usaha yang cocok dikembangkan adalah usaha kecil dan menengah,
pembangunan hotel berbintang, usaha jasa perjalanan wisata serta
pengembangan wisata bahari. Festival teluk Ambon 2012 di Amahusu.F. KEHIDUPAN SOSIAL KEMASYARAKATANDesa
adat suku Ambon dibangun sepanjang jalan utama antara satu desa dengan
desa yang lain saling berdekatan, atau bisa juga dalam bentuk kelompok
yang terdiri dari rumah-rumah yang dipisahkan oleh tanah pertanian.
Bentuk kelompok kecil rumahrumah itu disebut ”Soa”. Rumah asli Ambon,
sama seperti di Nias, Mentawai, Bugis Toraja, dan suku lainnya di
Indonesia, dibangun dengan tiang kayu yang tinggi. Beberapa “Soa” yang
letaknya berdekatan satu dengan yang lain dalam sebuah kampung yang
disebut dengan ”Aman”. Kumpulan dari beberapa ”Aman” disebut dengan
”Desa” yang juga disebut dengan ”Negari” dan dipimpin oleh seorang
”Raja” yang diangkat dari klen-klen tertentu yang memerintah secara
turun-temurun, dan kekuasaan di dalam negari dibagi-bagi untuk seluruh
klen dalam komunitas negeri. Pusat dari sebuah Negari dapat dilihat
dengan adanya balai pertemuan, rumah raja, gereja, masjid, rumah alim
ulama, toko, dan kandang berbagai hewan peliharaan.Dalam
proses sosio-historis, ”negari-negari” ini mengelompok dalam komunitas
agama tertentu, sehingga timbul dua kelompok masyarakat yang berbasis
agama, yang kemudian dikenal dengan sebutan Ambon Sarani dan Ambon
Salam. Pembentukan negeri seperti in memperlihatkan adanya suatu
totalitas kosmos yang mengentalkan solidaritas kelompok, namun pada
dasarnya rentan terhadap kemungkinan konflik. Oleh sebab itu,
dikembangkanlah suatu pola manajemen konflik tradisional sebagai
pencerminan kearifan pengetahuan lokal guna mengatasi kerentanan konflik
seperti Pela, Gandong; yang diyakini mempunyai kekuatan supranatural
yang sangat mempengaruhi perilaku sosial kedua kelompok masyarakat ini;
dan hubungan kekerabatan lainnya.G. SISTEM KEMASYARAKATANDalam
kehidupan masyarakat Maluku pada umumnya dan Ambon pada khususnya,
hubungan persaudaraan atau kekeluargaan terjalin atau terbina sangat
akrab dan kuat antara satu desa atau kampung dengan desa atau kampung
yang lain. Hubungan kekeluargaan atau persaudaraan yang terbentuk secara
adat dan merupakan budaya orang Maluku atau Ambon yang sangat dikenal
oleh orang luar itu dinamakan dengan istilah “PELA”.Hubungan
pela ini dibentuk oleh para datuk atau para leluhur dalam ikatan yang
begitu kuat. Ikatan pela ini hanya terjadi antara desa kristen dengan
desa kristen dan juga desa kristen dengan desa islam. Sedangkan antara
desa Islam dengan desa Islam tidak terlihat (Frank L. Cooley, Mimbar dan
Takhta, Jakarta: PSH, 1987, hlm 183). Dengan demikian, walaupun ada dua
agama besar di Maluku (Ambon), akan tetapi hubungan mereka
memperlihatkan hubungan persaudaraan ataupun kekeluargaan yang begitu
kuat. Namun seperti ungkapan memakan si buah malakama atau seperti
tertimpa durian runtuh, hubungan kekeluargaan atau persaudaraan yang
begitu kuatpun mendapat cobaan yang sangat besar, sehingga tidak dapat
disangkali bahwa hubungan yang begitu kuat dan erat, ternyata pada
akhirnya bisa diruntuhkan oleh kekuatan politik yang menjadikan agama
sebagai alat pemicu kerusuhan yang sementara bergejolak di Maluku
(Ambon), yang sampai sekarang sulit untuk dicari jalan keluarnya.Hubungan
persaudaraan dan kekeluargaan yang begitu kuat dipatahkan dengan
kekuatan agama yang dilegitimasi oleh kekuatan politik hanya karena
kepentingan-kepentingan big bos atau orang-orang tertentu. Apakah budaya
“Pela (Gandong)” bisa menjadi jembatan lagi untuk mewujudkan
rekonsiliasi di Maluku (Ambon)? Inilah yang masih merupakan pergumulan.Seperti
telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap ”Soa” dipimpin oleh seorang
kepala ”Soa”, yang bertugas mengerjakan urusan administrasi harian, baik
itu urusan tradisional, maupun untuk urusan pemerintahan Indonesia.
Sedangkan beberapa kesatuan ”Soa” yang disebut dengan ”Negari”, dipimpin
oleh seorang ”raja” yang diangkat berdasarkan keturunan. Tetapi
walaupun ”raja” diangkat berdasarkan keturunan, aturan adat suku Ambon
dalam memilih suatu pemimpin, pada umumnya dilakukan dengan cara
pemilihan dengan cara pemungutan suara. Berikut adalah beberapa
”Sanitri” atau pejabat tradisional dalam kehidupan sosial masyarakat
Suku Ambon :1. Tuan tanahSeseorang yang ahli dalam bidang pertanahan dan kependudukan2. KapitanSeseorang yang ahli dalam peperangan 3. KewangSeseorang yang bertugas untuk menjaga hutan4. MarinyoSeseorang
yang bertugas memberikan berita dan pengumuman. Dalam kemasyarakatan
Suku Ambon, banyak dijumpai Organisasiorganisasi kemasyarakatan yang
memiliki berbagi macam visi dan misi. Berikut beberapa contoh organisasi
kemasyarakatan Suku Ambon :5. PatalimaLima
bagian, merupakan orang-orang yang tinggal di sebelah timur. Namun
dilihat dari sejarah di mana Suku Ambon pernah dikuasai oleh Ternate dan
Tidore, organisasi ini nampaknya dibentuk untuk menunjukkan pengaruh
kerajaan Ternate dan Tidore, dan juga untuk membantu pertahanan dari
serangan musuh.6. JajaroOrganisasi kewanitaan Suku Ambon7. NgungareOrganisasi kepemudaan8. Pela KerasOrganisasi antar Soa yang fokus pada kegiatan kerjasama suatu proyek antar Soa, peperangan, dan lain-lain. Pengertian
Pela yaitu Pela berasal dari kata “Pila” yang berarti “buatlah sesuatu
untuk bersama”. Sedangkan jika ditambah dengan akhiran -tu, menjadi
“pilatu”, artinya adalah menguatkan, usaha agar tidak mudah rusuh atau
pecah. Tetapi juga ada yang menghubungkan kata pela ini dengan pela-pela
yang berarti saling membantu atau menolong. Dengan beberapa pengertian
ini, maka dapat dikatakana bahwa PELA adalaah suatu ikatan persaudaraan
atau kekeluargaan antara dua desa atau lebih dengan tujuan saling
membantu atau menolong satu dengan yang lain dan saling merasakan
senasib penderitaan. Dalam arti bahwa senang dirasakan bersama begitupun
susah dirasakan bersama (Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Maluku,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978, hlm 27). Ikatan pela
ini diikat dengan suatu sumpah dan dilakukan dengan cara minumdarah yang
diambil dari jari-jari tangan yang dicampur dengan minuman keras lokal
maupun dengan cara memakan sirih pinang. Hubungan pela ini biasanya
terjadi karena ada peristiwa yang melibatkan kedua kepala kampung atau
desa, dalam rangka saling membantu dan menolong satu sama lain. Dalam
ikatan pela ini memiliki serangkaian nilai dan aturan yang mengikat
masingmasing pribadi yang tergabung dalam persekutuan persaudaraan atau
kekeluargaan itu. Aturan itu antara lain adalah: tidak boleh menikah
sesama pela atau saudara sekandung dalam pela. Jika hal ini dilakukan
maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau terjadi hukuman
bagi yang melanggaranya (op.cit., Cooley, hlm 184).9. Pela Minum DarahHampir
sama dengan Pela Keras. Organisasi ini mengikat persatuan mereka dengan
cara meminum, darah mereka masing-masing yang dicampur menjadi satu.10. Pela Makan SirihOrganisasi antar Soa yang fokus pada bidang pembangunan masjid, gereja, dan sekolah11. MuhabetOrganisasi yang mengurus semua kegiatan upacara kematian12. Patasiwasembilan
bagian, merupakan kelompok orang-orang Alifuru yang bertempa tinggal di
sebelah baratsungai mala sampai ke Teluk upa putih di sebelah selatan.
Patasiwa dibagi menjadi dua kelompok yaitu patasiwa hitam dan patasiwa
putih. Patasiwa hitam wargawarganya di tato, sedangkan patasiwa putih
tidak.H. SISTEM KEKERABATANSistem
kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan patrilineal yang diiringi
pola menetap patrilokal. Kesatuan kekerabatan amat penting yang lebih
besar dari keluarga batih adalah mata rumah atau fam yaitu suatu
kelompok kekerabatan yang bersifat patrilinal.Mata
rumah penting dalam hal mengatur perkawinan warganya secara exogami dan
dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah deti yaitu tanah milik
kerabat patrilineal. Disamping kesatuan kekerabatan yang bersifat
unilateral itu ada juga kesatuan lain yang lebih besar dan bersifat
bilateral yaitu famili atau kindred. Famili merupakan kesatuan
kekerabatan di sekeliling individu yang terdiri dari warga-warga yang
masih hidup dari mata rumah asli yaitu semua keturunan keempat nenek
moyang.I. MATA PENCAHARIANMata
pencaharian orang Ambon pada umumnya adalah pertanian di ladang. Dalam
hal ini orang membuka sebidang tanah di hutan dengan menebang
pohon-pohon dan membakar batangbatang serta dahan-dahan yang telah
kering. Ladang-ladang yang telah dibuka dengan cara demikian hanya
diolah sedikit dengan tongkat kemudian ditanami tanpa irigasi. Umumnya
tanaman yang mereka tanam adalah kentang, kopi, tembakau, cengkih, dan
buahbuahan. Selain itu, orang Ambon juga sudah menanam padi dengan
teknik persawahan Jawa.Sagu
adalah makanan pokok orang Ambon pada umumnya, walaupun sekarang beras
sudah biasa mereka makan. Akan tetapi belum menggantikan sagu
seluruhnya. Tepung sagu dicetak menjadi blok-blok empat persegi dengan
daun sagu dan dinamakan tuman. Cara orang Ambon makan sagu dengan
membakar tuman atau dengan memasaknya menjadi bubur kental (pepedu).Disamping
pertanian, orang Ambon kadang-kadang juga memburu babi hutan, rusa dan
burung kasuari. Mereka menggunakan jerat dan lembing yang dilontarkan
dengan jebakan. Hampir semua penduduk pantai menangkap ikan. Orang
menangkap ikan dengan berbagai cara, yaitu dengan kail, kait, harpun dan
juga jaring. Perahu-perahu mereka dibuat dari satu batang kayu dan
dilengkapi dengan cadik yang dinamakan perahu semah. Perahu yang lebih
baik adalah perahu yang dibuat orangorang ternate yang dinamakan
pakatora. Perahu-perahu besar untuk berdagang di Amboina dinamakan
jungku atau orambi.J. AGAMA DAN ADATMayoritas
penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini dikarenakan
pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah
menyebarkan kekristenan dan pengaruh kesultanan Ternate dan Tidore yang
menyebarkan Islam di wilayah Maluku.Pemantapan
kerukunan hidup beragama dan antar umat beragama masih mengalami
gangguan khususnya selama pertikaian sosial di daerah ini. Redefinisi
dalam rangka reposisi agama sebagai landasan dan kekuatan moral,
spiritual serta etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh melalui
pendidikan agama agar dapat mendorong munculnya kesadaran masyarakat
bahwa perbedaan suku, agama ras dan golongan, pada hakekatnya merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Terkait dengan itu, maka peran para
pemuka agama dan institusi-institusi keagamaan dalam mendukung
terciptanya keserasian dan keselarasan hidup berdasarkan saling
menghormati diantara sesama dan antar sesama umat beragama.K. UPACARA ADAT• ”Antar Sontong”Antar
sontong yaitu para nelayan berkumpul menggunakan perahu dan lentera
untuk mengundang cummi-cumi dari dasar laut mengikuti cahaya lentera
mereka menuju pantai di mana masyarakat sudah menunggu mereka untuk
menciduk mereka dari laut.• ”Pukul Manyapu”Pukul
manyapu adalah acara adat tahunan yang dilakukan di Desa Mamala-Morela
yang biasanya dilakukan pada hari ke 7 setelah Hari Raya Idul FitriL. SISTEM PERAWINANOrang Ambon mengenal tiga macam cara perkawinan yaitukawin lari, kawin minta dan kawin masuk.Kawin
Lari atau Lari Bini adalah sistem perkawinan yang paling lazim. Hal ini
terutama disebabkan karena orang Ambon umumnya lebih suka menempuh
jarak pendek untuk menghindari prosedur perundingan dan upacara. Kawin
lari sebenarnya tidak diinginkan dan dipandang kurang baik oleh kaum
kerabat wanita namun disukai oleh pihak pemuda. Terutama karena pemuda
hendak menghindari kekecewaan mereka bila ditolak dan menghindari malu
dari keluarga pemuda karena rencana perkawinan anaknya ditolak oleh
keluarga wanita. Bisa juga karena takut keluarga wanita menunggu sampai
mereka bisa memenuhi segala persyaratan adat.Bentuk
perkawinan ang kedua adalah Kawin Minta yang terjadi apabila seorang
pemuda telah menemukan seorang gadis yang hendak dijadikan istri, maka
ia akan memberitahukan hal itu kepada orang tuanya. Kemudian mereka
mengumpulkan anggota famili untuk membicarakan masalah itu dan membuat
rencana perkawinan. Disini diperbincangkan pula pengumpulan kekayaan
untuk membayar mas kawin, perayaan perkawinan dan sebagainya. Akan
tetapi cara perkawinan semacam ini umumnya kurang diminati terutama bagi
keluarga ang kurang mampu karena membutuhkan biaya yang besar.Bentuk
perkawinan yang ketiga adalah Kawin Masuk atau Kawin Manua. Pada
perkawinan ini, pengantin pria tinggal dengan keluarga wanita. Ada tiga
sebab utama terjadinya perkawinan ini:1. Karena kaum kerabat si pria tidak mampu membayar mas kawin secara adat.2.
Karena keluarga si gadis hanya memiliki anak tunggal dan tidak punya
anak laki-laki sehingga si gadis harus memasukkan suaminya ke dalam klen
ayahnya untuk menjamin kelangsungan klen.3.
Karena ayah si pemuda tidak bersedia menerima menantu perempuannya yang
disebabkan karena perbedaan status atau karena alasan lainnya.Orang-orang
yang beragama Islam pada umumnya menikah sesuai dengan hukum Islam.
Namun disini juga terjadi hal yang sama, yaitu apabila sang suami belum
mampu membayar mas kawin menurut adat maka wanita itu tidak perlu ikut
bersama suaminya. Selain wajib membayar mahar (mas kawin menurut hukum
Islam), pengantin laki-laki juga harus membayar harta adat yang berupa
sisir mas, gong dan madanolam. Secara umum, poligini diijinkan, kecuali
bagi mereka yang beragama Nasrani.Sumber : http://technicianhighschool.blogspot.com/2012/09/perkenalan-tentang-suku-ambon-kurnia.htmlWikipedia.com